Suparwono, manusia tertinggi di Indonesia meninggal
dunia pada usia 27 tahun, di Kabupaten Tulangbawang, Provinsi Lampung,
Rabu (22/2) petang. Pria yang memiliki tinggi badan 2,71 meter itu
sempat menjadi ikon Lampung dalam setiap kegiatan nasional maupun
internasional.
Suparwo dikenal sebagai sosok yang jarang keluar
rumah. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Suparwono mengalami
penyakit diare, selama beberapa hari. Ia dibawa ke klinik Sharon Medical Centre dan nyawanya tak tertolong lagi. Jenazah Suparwono berada di rumahnya di Desa Tritunggal Jaya, Gunungagung, Tulangbawang, dan rencanya dikuburkan Kamis (23/2).
Pria kelahiran Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, 4 November 1985 itu, menurut keterangan para tetangganya, sebulan terakhir Suparwono mengalami sakit di bagian perut. “Memang, sebulan ini ia selalu mengeluh dengan perutnya,” kata Rahman, seorang pejabat di Pemkab Tulangbawang, menirukan ucapan tetangga Suparwono.
Untuk mengurusi jenazah, warga yang tinggal di dekat Suparwono, harus membuat keranda baru karena ukuran keranda yang ada untuk manusia normal. Setidaknya, ukuran keranda Suparwono lebih dari 1,5 meter. Begitu juga dengan galian tanah kubur jenazah Suparwono harus melebih ukuran normal.
Keterangan tetangga Suparwono, dengan kondisi tubuhnya yang melebihi tinggi orang normal, ia banyak berada di rumah. Ia keluar rumah bila ada panggilan dari pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, dan undangan warga tempat tinggalnya. Dalam kehidupan sehari-hari, ia membiayai kebutuhan hidupnya sendiri.
Pihak keluarga maupun
warga yang melakukan proses pemakaman Suparwono sempat kerepotan
dibuatnya. Ini lantaran tinggi badan Suparwono mencapai 242 centimeter
dan berat 176 kg. Karena itulah ia disebut sebagai manusia tertinggi di
Indonesia.
Dibutuhkan kain kafan sepanjang 39,21 meter untuk
membungkus jenazah Suparwono. Bahkan, dibutuhkan 18 orang untuk
mengangkat jenazahnya.Saat dibawa ke pemakaman, jenazah pria kelahiran Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, 4 November 1985 lalu itu tidak dimasukkan dalam keranda maupun peti seperti umumnya. Untuk mengakalinya, pihak keluarga menggunakan mobil pikap dengan bak terbuka untuk membawa jenazah Suparwono ke pemakaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar